Monday, October 26, 2009

Three in One

Sudah menjadi keinginan di setiap masa ujian mahasiswa, saya selalu berusaha untuk mengantar anak ke kampus dengan tujuan agar dia dapat tenang menuju tempat ujian, tanpa dibebani oleh kemacetan dan suasana jalan yang kurang nyaman. Karena saya berasumsi bahwa suasana batin dan pikiran akan mendorong otak bekerja lebih positif, terutama dalam menjawab soal-soal di ujian.

Senin itu, sambil akan mempersiapkan ujian matakuliah yang saya asuh, saya berangkat bersama anak dan dua temannya menuju kampus. Di jalan, bertiga mereka serius belajar, terutama dua mahasiswa di belakang. Melihat itu, saya membuka pembicaraan, "Udah, jangan tegang, santai saja". Langsung ditukas oleh mereka, "Ini bukan tegang untuk hari ini Om, tapi besok". "Kenapa?", saya bertanya agak keheranan. Ternyata, "Besok saya kena three in one. Masak ujian sampai tiga matakuliah". Saya melongo mendengar jawaban itu, dan merasa kasihan juga. Untungnya mereka mahasiswa yang tabah dan menerima segala resiko apa pun yang dilakukan oleh IPB ini terhadap mahasiswanya, walaupun terbayang bagaimana kebingungan mempersiapkan belajar menghadapi ujian Metode Kuantitatif pukul 08:00-10:00, Pemrograman Tak Linier pukul 10.30-12.30, dan Sistem Operasi pukul 13:30-15:30 dalam satu hari.

Setiba di kampus langsung mempersiapkan ujian matakuliah yang diikuti ratusan mahasiswa di Grawida. Lembar soal langsung dibagi walaupun jam masih menunjuk pukul 13:00, sedangkan ujian pukul 13:30. Tepat pukul 13:20, mahasiswa dipersilakan masuk dan menempati kursi yang ada berkas ujian di atasnya. Seperti syair dalam lagu jaman mahasiswa dulu, "malapetaka pun melanda ...", M-N=120, dimana M adalah jumlah mahasiswa, dan N adalah jumlah berkas, alias berkas kurang ratusan eksemplar. Ya sudah lah, itu mungkin karena salah perhitungan, tetapi telah membuat kurang nyaman pada diri mahasiswa dan semua pihak. Akhirnya ujian diundur 30 menit untuk beberapa mahasiswa.

Malapetaka kedua muncul, beberapa mahasiswa tidak dapat ujian akibat pengunduran waktu, karena ada ujian di jam berikutnya. Selesai persoalan itu diatasi oleh rekan dosen lainnya, muncul malapetaka ketiga, ruang Grawida akan dipakai ujian matakuliah lain pada jam berikutnya, sehingga akan terganggu akibat pengunduran waktu 30 menit tersebut. Akhirnya, ujian yang seharusnya 2.5 jam, dipersingkat menjadi 2.0 jam.

Entah mengapa, three in one tidak hanya ada di Jakarta, tetapi ada juga di masa ujian ini. Tiga matakuliah dan juga tiga malapetaka menjadi satu. Setelah memohon ampun pada Allah dan berwudlu, saya teriak sekencang-kencangnya di mobil dalam perjalanan menuju Bogor, sambil tak terasa menetes air mata. Cengeng memang, tetapi beban itu terasa sangat berat untuk saya lalui. Di 15 menit setelah itu, saya mencoba membuang semua pikiran itu dengan memutar lagu di CD bajakan saya, terdengar lagunya D'Masiv yang kebetulan saya hafal reff-nya sehingga membuat saya ikut bersenandung keras-keras ...

Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkanmu
Cinta ini membunuhku
...
...

No comments: