Sunday, June 6, 2010

WARNA

Warna adalah sesuatu yang sederhana yang hanya mendapat respon akibat tangkapan mata, sehingga kadang membuat dikesampingkan oleh sebagian pihak, namun tak jarang membuat orang berlama-lama memilihnya. Pihak yang demikian memandang warna adalah getaran, dan getaran itu secara sadar maupun tidak selalu kita respon, sehingga tak jarang warna memengaruhi kenyamanan lingkungan dan mood. Dan warna yang kita kenakan sehari-hari memengaruhi pandangan orang lain terhadap kita.

Memilih sesuatu yang akan kita kenakan umumnya menyangkut urusan warna dan motif. Malah untuk sebagian orang, pemilihan warna adalah masalah paling sensitif. Ada kesan warna-warna tertentu dihindari, karena sebagian pihak mengatakan, pada akhirnya selera dan kepribadian juga berbicara. Mempelajari warna yang cocok dan sebaiknya dipakai membuat ruang kreativitas kita untuk berada semakin terbuka luas. Di kemudian hari, kita juga akan lebih cepat dalam memadupadankan warna yang kita kenakan dengan berbagai elemen lainnya. Sebenarnya, tiap orang sah-sah saja memakai warna apa pun, tapi image sebagai bagian dari institusi kita berada harus dijadikan pertimbangan tersendiri, walaupun warna merupakan sesuatu yang bersifat pribadi.

Terkait dengan pakaian, pemilihan warna banyak dihubungkan dengan warna kulit, tidak pernah dihubungkan dengan ideologi apa pun. Karena warna bersifat universal. Dari beberapa sumber yang saya baca, warna kulit yang gelap dan terang menjadi pertimbangan utama. Untuk warna kulit yang gelap, lebih baik memilih warna-warna yang justru kontras dengan warna kulit. Warna yang terbaik untuk jenis kulit ini antara lain putih, pink, khaki, abu-abu, baby blue; dan hindari warna seperti cokelat gelap, hitam, magenta, turquoise, atau hijau daun. Untuk yang berkulit agak kecoklatan perpaduan warna terang dan gelap akan bagus untuk mata melihat. Warna kulit terang lebih mudah menyesuaikan, namun yang cocok akan membuat kita terlihat lebih rileks, misalnya warna off-white, cokelat, biru terang, beige, bold blue.

Warna, bak pelangi, yang merupakan karunia Tuhan. Tak salah orang menyebut hidup ini penuh warna, namun penempatan dan pemilihan warna yang sesuai akan membuat lingkungan lebih nyaman dan bersahaja. Satu kunci yang harus kita perhatikan adalah warna yang kita pakai haruslah menyiratkan cahaya bersih. Jadi ingat yang dilantunkan oleh Sheila Majid ...

Lihat pada si pelangi
Seribusatu dimensi
Warna sari dalam sinar hidup kita
Menghiasi alam ini
Inspirasi dunia seni
Kusyukuri cindera mata Maha Esa

Dalam ku mencoba mengejari cita
Aneka warna nan menawan hidupku
Cinta teman setia menolong segala
Terima kasih kuucapkan padamu

Oh warna warna pada dunia
Ku terpesona, kau teristimewa
Oh warna warna bagai bicara
Menyeli hati sanubariku

Ada kalanya kelabu
Membuat hatiku pilu
Tersenyum ku bila warna ceria tiba
Berbagai cerita rupa
Emosi suka dan dunia
Mewarnai kehidupan alam maya

Warna sari pagi mendamaikan hati
Tergambar indah suasana di jiwa

Friday, December 4, 2009

Teruskanlah

Suatu ketidaksengajaan, hari itu saya berkendara berdua dengan rekan lama yang walaupun bekerja di gedung bersebelahan, namun sangat jarang untuk berbincang. Seperti sudah lama sekali tidak berjumpa, kala itu banyak diisi dengan bicara apa adanya dan apa saja, sampai saat dia bertanya tentang bagaimana kabar di tempat kerja. Saya hanya bicara singkat yang rupanya dianggap bahwa saya tidak ingin bercerita. Maka untuk beberapa saat suasana dalam mobil menjadi sepi, walaupun saya sangat ingin bercerita. Sebagai penggantinya, saya hidupkan tape mobil dan entah kenapa yang terdengar adalah lagunya Agnes Monica ini ...

Pernahkah kau bicara
Tapi tak di dengar
Tak di anggap
sama sekali..

Pernahkan kau tak salah
Tapi disalahkan
Tak diberi
kesempatan

Belum tuntas lagu itu, tak terasa mobil sudah memasuki areal parkir. Kami berjalan berdua menuju gedung yang selama ini menjadi tempat bekerja, dan berpisah di tangga. Rekan saya berjalan lurus menuju gedung kantornya yang selalu bersahaja dan selalu berasa nyaman di dada. Dan saya menaiki tangga yang cukup membuat dada tersengal. Seperti biasa, setelah mencapai satu lantai, istirahat sejenak sebelum melanjutkan ke lantai berikutnya. Mata memandang ke tempat dimana banyak mahasiswa bergerombol menunggu praktikum, dan suasana kantor utama yang entah mengapa hari itu, untuk kesekian kalinya jadi terlihat berbeda di mata saya. Dan entah mengapa pula, saya melanjutkan langkah menaiki tangga sambil meresapi lanjutan lagu tadi ...

Kuhidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku tapi
orang lain bagiku

Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskan lah.. Teruskan lah
kau begitu

Kau tak butuh diriku
Aku patung bagimu
Cinta buta
kebutuhanmu

Darmaga, 02/12/09

Sunday, November 1, 2009

Pembelajaran Orang Dewasa

Menyambung tulisan terdahulu tentang SCL (Student Center Learning), berikut saya ringkaskan alasan mengapa perlunya SCL diterapkan pada mahasiswa. Masih disampaikan oleh rekan saya dalam suatu acara seminar yang sama, alasannya adalah sederhana, yaitu karena mahasiswa adalah orang dewasa sehingga diperlukan proses pembelajaran yang harus disesuaikan dengan prinsip orang dewasa, yang berbeda dengan pendidikan dasar dan menengah. Cara belajar orang dewasa pasti berbeda dengan cara belajar anak-anak atau remaja. Orang dewasa sudah bisa menggunakan akal sehatnya untuk memilih dan berpikir optimal, sedangkan anak-anak belum sampai pada tahap tersebut. Begitu katanya.

Mahasiswa adalah peserta belajar yang sudah dewasa dengan beberapa karakteristik, yaitu mandiri dan mengarahkan diri sendiri, berorientasi pada tujuan, sudah mengumpulkan dasar pengalaman hidup dan pengetahuan, berorientasi pada relevansi, mempunyai kebanggaan, harga diri dan ego yang bisa menimbulkan resiko bila tidak dihormati. Di samping itu peserta belajar dewasa cenderung bersikap praktis, berfokus pada aspek-aspek pelajaran yang paling berguna bagi pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuannya. Dengan demikian diharapkan dosen dapat menyelenggarakan proses pembelajaran di perguruan tinggi secara efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Rekan saya menyajikan tiga kemungkinan orientasi belajar mahasiswa, yaitu mencari makna (meaning orientation), reproduksi (reproducing orientation), dan pencapaian (achievement orientation) atau orientasi strategik (strategic orientation). Bila mahasiswa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena ketertarikannya terhadap materi yang dipelajarinya, motif ini merupakan motif akademik. Pada orientasi belajar mencari makna, motif belajar yang mendasarinya adalah motivasi pengembangan diri (aktualisasi diri). Mahasiswa melihat perguruan tinggi sebagai tempat kebenaran diujikan. Dengan demikian mahasiswa memiliki dorongan yang besar untuk mengembangkan minatnya di luar yang terdapat dalam kurikulum.

Pada orientasi belajar reproduksi, mahasiswa melihat perguruan tinggi sebagai sarana untuk mepersiapkan pekerjaan (vokasional). Motivasi belajar mereka bersumber dari luar (motivasi ekstrinsik), yaitu berupa adanya kebutuhan untuk tercapainya suatu kualifikasi tertentu yang dibutuhkan bagi kerja mereka di kemudian hari. Mahasiswa dengan karakteristik orientasi belajar ini cenderung memiliki rasa takut yang besar terhadap kegagalan (fear of failure), dan cenderung membatasi perhatiannya pada apa yang diperkirakan akan keluar pada saat ujian. Dengan demikian, mahasiswa mengembangkan strategi belajar menghafal (rote learning).

Mahasiswa dengan karakteristik orientasi belajar pencapaian melihat perguruan tinggi sebagai tempat berkompetisi. Motif belajar yang dominan pada mereka adalah motif berprestasi (achievement) sehingga mereka memainkan peran sebaikmungkin sebagai mahasiswa. Mahasiswa akan menggunakan strategi penggunaan waktu dan tenaga yang efektif, seperti menyusun jadwal belajar, membuat catatan yang jelas, memenuhi batas waktu untuk penyelesaian tugas, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang terencana dan terorganisir dalam kegiatannya. Nah, mahasiswa di ILKOM ini masuk ke dalam kelompok orientasi yang mana yah?

Rekan saya juga menyajikan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa, yaitu pertama, orang dewasa tertarik untuk mempelajari subjek-subjek yang memiliki relevansi langsung dengan kehidupan pribadi, cita-cita, pekerjaan atau karir mereka. Oleh karenanya, relevansi pembelajaran dan materinya harus benar-benar dipertimbangkan. Kedua, pengalaman (termasuk kesalahan-kesalahan) peserta didik memberi dasar bagi aktivitas-aktivitas pembelajaran. Mereka sudah terbekali dengan pengalaman-pengalaman yang memadai, sehingga pengalaman dan kesalahan harus menjadi dasar bagi aktivitas pembelajaran mereka. Ketiga, pembelajaran orang dewasa adalah problem-centered ketimbang content-oriented. Pembelajaran jenis ini dirancang sedemikian rupa sehingga menciptakan suasana yang mengarah kepada aktivitas-aktivitas pemecahan masalah (problem-solving activities). Dengan demikian, pembelajaran tidak terpusat pada isi materi tertentu, tetapi mengacu kepada hal-hal praktis dan menghargai pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (prior knowledge).

Waduh, dosen ternyata memiliki tugas yang sangat mulia untuk melaksanakan prinsip pembelajaran orang dewasa. Dan untuk itu, orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik baginya dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis, juga apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar. Jadi, yuk kita bersama-sama menjadi orang dewasa yang memiliki tanggungjawab, dan membawa mahasiswa untuk ikut serta menjadi orang dewasa, dan juga berusaha untuk bersikap sebagai orang dewasa. Usia tua belum tentu bisa dewasa, dan usia muda juga tidak menghalangi untuk menjadi orang dengan sikap lebih dewasa, bahkan mungkin orang muda dapat lebih dewasa dibanding orang usia tua.